erlafishe anggara zahra, panggilannya erla. erla hari ini memasuki SMA nya. dia baru masuk. namun masa orientasi sekolah telah usai. erla yang cadel ini sering kali kesulitan dalam mengucapkan namanya sendiri, membuat teman-temannya selalu tertawa. gayanya yang masih terlalu kanak-kanak dan periang sama sekali tak menunjukkan sifat dewasa dan tempaan batin yang luar biasa di dirinya yang sebenarnya ada namun tak banyak orang yang tahu dan sadar tentang sifatnya itu.
erla yang kadang terlihat begitu egois demi menutupi perasaan dan masalahnya. ia kejam terhadap dirinya saat masalah datang padanya. erla yang selalu menjadi tempat curhat bagi siapa saja. erla yang tegar namun mendendam. ah erla, dia terlalu sulit untuk dimengerti oleh siapapun.
erla memasuki gerbang dan menyapa serta disapa disana sini sambil menebar senyum ke semua orang. 'hmm, pagi yang cerah.' pikir erla. kejadian pagi itu berlangsung sangat wajar. sehingga erla pun tak mengira sesuatu yang "mengguncang" akan terjadi padanya.
dikelas..
"la, nih isi." kata rafa sang ketua kelas sambil tersenyum dan memberikan dua lembar kertas hvs padanya.
"makasih fa." sahut erla sambil melihat kertas itu. dibacanya kertas itu sambil berjalan menuju tempat duduknya yang berada di deretan ketiga dari pintu dan barisan paling belakang. disitu, carlyta teman sebangkunya sudah duduk manis sambil menekuri kertas yang sama seperti miliknya.
"pagi carlyta sayaaang." sapa erla.
"pagi sayaaang." jawabnya.
erla duduk dan menekuri kertas itu lalu dengan cepat memutuskan untuk melingkari dua macam extrakulikuler. ya benar, itu adalah angket pemilihan extrakulikuler.
tak lama kemudian, carlyta yang dengan tampang bingungnya mulai bertanya pada erla.
"eh la, lo pilih excul apa aja nih?"
"emm, paskibra sama cinematography. lo?"
"gue bingung nih la.. menurut lo apa ya?"
"hahaha. ya terserah lo lah."
"oke. gue pilih modern dance sama vocal. hehehe."
"bagus tuh. hehe."
semuanya berlangsung santai sampai saat pulang sekolah sesuatu yang aneh terjadi.
pulang sekolah..
erla berjalan di koridor lantai tiga. saat itu sudah lumayan sepi disitu. erla tidak tahu kenapa dia merasa harus kesana. tapi hasratnya begitu ingin kesana.
ia terus menyusuri koridor itu, sampai terlihat pemandangan yang membuatnya penasaran.
erla bersembunyi dibalik pilar sambil melihat dengan tajam kearah sasaran.
seorang anak laki-laki dengan seragam yang berantakan dan tanpa ikat pinggang serta dasi tak beraturan sedang duduk meringkuk sambil menangis.
perlahan tapi pasti, erla mulai berjalan mendekati pria itu. erla menengadahkan kepala anak laki-laki itu dan menatap matanya dalam dalam. 'sesuatu yang salah telah terjadi. orang ini pasti bermasalah sama ceweknya' kata erla dalam hati.
anak laki-laki itu hanya bisa terdiam menatap erla. mata erla yang jernih dan iris matanya yang berwarna coklat serta bulu matanya yang lentik, membuatnya merasa teduh. seketika itu juga laki-laki itu memeluk erla. erla terkejut namun hanya bisa diam. erla membalas pelukan lelaki itu. lalu tak lama mereka melepaskan pelukan mereka dan lelaki itu mulai bicara.
"siapa lo?" tanya lelaki itu.
'pertanyaan klasik.' pikir erla. namun erla menjawab. "nama saya erla." katanya sedikit belepotan, seperti biasa.
lelaki itu tertawa sedikit. sungguh manis dia saat tertawa. ya, dia tampan. "kelas sepuluh ya? kok jalan-jalan disini? ini kan lantai tiga. tempatnya anak kelas sebelas. kamu harusnya dilantai empat de. emang kamu lagi ngapain?" tanya lelaki itu. suaranya yang bergetar karena sehabis menangis tetap terdengar lembut. erla menyukai suaranya.
"eng.. iya kak. saya baru kelas sepuluh kak. saya mau keruang perpustakaan, tadinya. hehe." kata erla beralasan.
"eh tapi, makasih banget ya buat yang tadi. tolong jaga rahasia saya de." katanya mulai serius.
"iya kak. saya janji. kakak mau cerita?" tanya erla menawarkan.
"ya. kamu harus tahu. tapi nggak disini deh de. mendingan kamu ikut kakak yuk. kakak anterin kamu pulang. kita cerita cerita dijalan."
"oh, nggak usah kak. saya bisa pulang sendiri kok."
"jangan takut erla. saya cuma mau anter kamu sambil cerita sama kamu. dan saya juga nggak yakin kamu bisa pulang sendirian. tadi pagi, kamu nyasar kan?"
"hahaha. wah ! gimana kakak bisa tahu?" tanya erla sambil tertawa renyah. lelaki itu menyukai suara erla dan tatapan mata erla yang teduh namun tegas.
"tadi pagi saya liat kamu. tapi saya males turun dari mobil, jadi saya suruh temen saya buat dateng dihadapan kamu dan mulai jalan. tujuannya suapaya kamu bisa ngikutin temen saya itu. dan berhasil kan? lain kali naik mobil pribadi aja. mobil saya cr-v item de. liat ga? setau saya, kemarin kemarin kamu selalu dianter sama ayah kamu kan de?"
"iya. tapi saya kan udah besar. jadi harus mandiri. hehe. tapi, makasih banyak ya kak."
"iya de. sama-sama. ah, masa sih kamu udah besar? gaya masih kayak anak kecil gitu. hahahahahaha."
"yeeh.. gitu.."
"yuk pulang." ajak lelaki itu.
erla mengikuti langkahnya. lalu bertanya, "eh kak, kok kakak bisa tau kalo saya sekolah disini juga?"
"dasi kamu de. haha." kemudian ia bicara lagi. "oh iya, nama saya julian." katanya memperkenalkan diri.
erla tersentak. itu kan....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar