dimobil, julian bercerita tentang masalah yang sedang dideranya.
"erla, gini de ceritanya. gue punya cewek, namanya rensiva. dia kelas sebelas ipa tiga. kamu tau ga?" kata julian membuka pembicaraannya.
"oh, yang anak osis juga kan? dia tuh ikut excul cheerleaders. iya bukan?"
"iya bener."
"dia cantik."
"gue tau. eh iya, sorry. tapi, ngomongnya pake lo-gue aja ya? biar lebih deket kan jadi lebih nyaman juga. hhehehe." kata julian salah tingkah.
erla tersenyum lalu menjawab,"oke. jadi lo ada masalah apa kak sama dia?"
wajah julian langsung memucat. "dia......" suaranya tercekat.
erla masih menunggu dengan sabar. pandangannya tertuju lurus pada julian. seketika itu juga julian menghentikan mobilanya disebuah taman kota. ia menghadapkan tubuhnya kearah erla. lalu ia menatap lurus mata erla yang balik menatapnya.
"erla, dia hamil. dan gue cowoknya ! gue cowoknya ! gue yang harus tanggung jawab ! sekarang gue tuh nggak lebih dari pada penjahat kelamin !" ucapnya geram lalu teriak hingga terisak. erla agak takut, namun memutuskan untuk tidak bergerak sama sekali. erla diam. ia menunggu kata-kata selanjutnya dari julian.
"padahal, gue sama sekali nggak inget kalo gue tuh pernah ngelakuin hubungan sex sama rensiva. tapi dia bilang, itu akibat karena waktu itu gue pulang dari latihan basket di club sampe jam sebelas malem, gue kecapean dan mutusin buat nginep di apartemen dia.karena apartemen dia deket dari club gue. tapi, apartemen dia tuh kamarnya dua de, luas, udah kayak rumah beneran. dan gue yakin banget kalo gue tuh nggak tidur sama dia. tapi, pas gue bangun, keadaannya udah beda banget. dia jelas-jelas ada disamping gue dan nggak pake baju sehelai pun. gue emang cowok de. gue punya nafsu. tapi gue nggak mungkin ngelakuin hal sebejat itu. apalagi, rensiva itu pacar gue de. yang notabene nya, gue tuh sayang banget sama dia. apa mungkin gue ngelakuin itu semua secara nggak sadar? badannya dia juga ada lecet-lecetnya kayak abis dipaksa.. apa itu ulah gue? gue beneran nggak tau. dan semua ini nggak masuk akal.. tapi, semua bukti nyalahin gue.. gue nggak punya celah buat berkelit.. dan setelah lulus nanti, gue harus nikahin dia.. gue harus jadi ayahnya anak yang dikandung rensiva.. gue harus bisa jadi kepala keluarga. gue harus ngehidupin tiga orang sekaligus. sementara buat ngehidupin diri gue sendiri aja gue belom tentu bisa. selama ini kan gue selalu dikasih sama orangtua. gue bener-bener stres !"
hening..
"kak, gue bakalan cari tau kepastian dari ini semua." kata erla bersungguh-sungguh.
julian tersenyum, mengelus kepala erla dan mengantar erla kerumahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar