this is it

Senin, 10 Mei 2010

mengingatnya

malam itu erla duduk sendirian di gazabo rumahnya. ditangannya, ia menggenggam ponsel dan buku diary milik julian. ia kembali menekuri halaman demi halaman buku itu. sampai disatu lembar kedua dari belakang, erla mulai tersentak. disitu bertuliskan,


erla nggak pernah tahu tentang hal ini. dia mengidap penyakit sirosis, pengerasan hati stadium empat. aku sudah tau dia mempunyai penyakit itu waktu dia pingsan dimobil dan aku membawanya ke rumah sakit terdekat. dan sudah kronis. kata dokter, waktunya tinggal beberapa bulan lagi. pokoknya nggak bakalan lama lagi. tapi brengseknya, gue sayang banget sama erla. gue masih pengen hidup bareng dia. gimana dong? oh Tuhan, jawab saya. besok erla harus menjalani operasi. nggak bisa cuma pake cangkok hati. tapi gue harus mendonorkan hati gue yang cuma satu-satunya ini untuk dia, kalo emang gue mau dia tetep hidup. meskipun gue nya yang bakalan meninggal. dan gue mau ngelakuin hal itu. gue sayang sama dia. cinta mungkin.


erla kembali membacanya dan kata-kata di buku itu tetaplah tidak berubah. sekarang wajahnya mulai memucat. itu kenyataannya. ini begitu sulit dipercaya. 'julian mendonorkan hatinya untukku' pikir erla. 'hanya untuk seseorang seperti aku?!' batinnya. "jadi aku mengidap penyakit sirosis. dan hati sehat yang berada didalam tubuhku adalah hati milik julian." ucapnya setengah tidak percaya. tiba-tiba ponselnya berdering. erla segera mengangkat telepon itu. ternyata dari julian. otaknya yang kalap, langsung memerintahnya untuk berkata dengan panik dan menyangka itu adalah julian yang sudah meninggal.
"julian ! aduh, kamu kenapa sih mesti ngelakuin itu? kamu nggak mikir apa? aku tuh sayang banget sama kamu. lagian juga, kenapa kamu mesti bohongin aku coba tentang hal yang seharusnya aku udah tau dari lama." erla berkata cepat setengah membentak dan putus asa.
"erla, lo kenapa de?" jawab julian yang ternyata adalah kakak kelasnya.
erla yang tersadar kemudian menjawabnya, "aku eh, emm.. aku gapapa kok kak. hehehe. ada apa kak? sori, itu tadi gue lagi latian drama. hahaha" erla segera tertawa renyah seperti biasanya.
"oh, hahaha. gue kira lo kenapa. gue cuma mau bilang, besok ikut gue yuk. gue mau nganterin rensiva chek up kehamilannya di dokter. mau ikut?"
"oh, boleh. pulang sekolah kak?, emangnya gapapa ya?"
"iya, pulang sekolah. yaiyalah gapapa. tenang aja kali, la. hahaha. yauda deh, gue tidur duluan ya. lo tidur jangan malem-malem de. udah jam sepuluh nih."
"eh, iya iya kak. hahaha." jawab erla. lalu sambungan telepon pun terputus.